Sabtu, 06 Juni 2009

Aku Ada Bagi Tuhan

Saudara-saudaraku yang terkasih,

Dalam hidup ini hanya ada satu pilihan diantara dua kemungkinan atau opsi. Pilihan pertama adalah hidup yang berdasarkan “Aku ada karena Tuhan dan bagi Tuhan.” Pilihan kedua adalah hidup yang berdasarkan “ Aku ada karena aku ada dan bagi diriku sendiri.” Setiap kita harus memilih satu diantara kedua opsi tersebut; manusia tidak dapat memilih keduanya dan tidak dapat menunda untuk memilih salah satunya. Jika kita menunda untuk memilih salah satunya, itu sama saja kita memilih opsi yang kedua, “Aku ada karena aku ada dan bagi diriku sendiri.” Pilihan seperti ini juga merupakan kelompok terbesar yang terdapat di dalam gereja. Kelompok ini tidak ada ketegasan apakah kita hidup diantara dasar opsi yang pertama dan yang kedua, padahal kita harus memilih salah satu dan sesegera mungkin memutuskannya. Walaupun dalam praktiknya untuk mengenakan landasan hidup yang benar (Aku ada karena Tuhan dan bagi Tuhan) tidaklah mudah.

Tuhan Yesus berkata dalam Luk. 16:13, “Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua
tuan…” Memang jarang atau hampir tidak ada orang yang beragama dan mengaku percaya
Tuhan secara langsung menyembah Iblis dan berbakti kepada setan. Tetapi sebenarnya ketika
seseorang melandaskan hidupnya pada filosofi “Aku ada karena aku ada dan bagi diriku
sendiri,” ia telah menjadikan dirinya budak kuasa kegelapan. Dan banyak orang tidak sadar jika
ia sudah menjual dirinya pada kuasa kegelapan. Padahal jika kita mengikut Yesus, itu berarti
kita dipasung, dibelenggu dan diatur oleh firman-Nya. Lain halnya jika kita tidak mengikut Yesus dengan baik, maka kita boleh berbuat suka-sukanya sendiri. Dan pada saat kita hidup suka-suka sendiri, pada saat itulah kita menjual hidup kita pada kuasa kegelapan.

Pelayanan pekerjaan Tuhan harusnya merupakan pelayanan, pembinaan, dan pelatihan yang
bertujuan untuk mengubah setiap manusia yang hidup untuk dirinya menjadi hidup untuk
Tuhan. Saat ini banyak gereja yang menganggap bahwa adalah wajar bila jemaat memiliki
gaya hidup seperti orang-orang dunia pada umumnya. Sesungguhnya gaya hidup seperti itu
adalah gaya hidup yang bergantung pada materi, kemewahan, dan kenikmatan dunia. Orang-
orang yang memiliki gaya hidup dunia memiliki keyakinan bahwa hidup mereka adalah milik
mereka sendiri dan bukan milik Tuhan. Mereka beranggapan bahwa mereka berharga karena
mereka merasa memang patut dihargai, mereka terhormat karena mereka merasa patut
dihormati dan mereka harus diterima karena mereka merasa patut diterima oleh siapapun
juga.Padahal sesungguhnya apa yang telah mereka peroleh di dunia ini berasal dari Bapa di
sorga.

Memang tidaklah mudah untuk menyerahkan diri kita kembali kepada Tuhan setelah sekian
lama kita menjual diri kepada kuasa gelap. Untuk itu kita harus rendah hati supaya kita dapat
menyadari keberadaan diri kita yang sesungguhnya, lalu bertobat dan berusaha untuk berubah
ke arah yang lebih baik, sehingga filosofi hidup kita yang tadinya “ Aku ada karena aku ada dan
bagi diriku sendiri’ berubah menjadi “Aku ada karena Tuhan dan bagi Tuhan”.

Solagracia

3 komentar:

  1. Dear Om Erastus, mengapa manusia ada hingga hari ini? Jika alasan nya adalah sebagai Corpus delicti, apakah cukup bukti bahwa Tuhan Yesus berhasil? Mengapa manusia tetap ada hingga saat ini? Selain itu, bukankah juga di tuliskan dalam Alkitab ada seorang Henokh yang bergaul karib dengan Tuhan sampai Ia di angkat Tuhan. Pada zaman Henokh, bukankah manusia belajar menaati Tuan dengan hukum taurat tersebut dan menurut pandangan saya Henokh berhasil memperoleh keselamatan itu?

    BalasHapus
  2. Jaman Henokh blm ada Hukum Taurat.

    BalasHapus
  3. Tetapi Henokh hidup bergaul akrab dengan Tuhan. Hidupnya menyenangkan hati dan perasaan Tuhan. Bukan sekedar berbuat baik, tetapi lebih dari itu hidup yang menyenangkan hati Tuhan. Bukan berdasarkan hukum, tetapi berdasarkan hukum kasih.

    BalasHapus